Pengaruh Stres Fisik terhadap Kadar Kreatinin Serum Tikus Wistar Jantan (Rattus norvegicus)

Dalam kehidupan , manusia menghabiskan sebagian besar waktu sadar mereka ( kurang lebih 85-90%) untuk beraktivitas. Jadi hanya sekitar 10-15% yang digunakan sebagai waktu istirahat. Jika dibandingkan dengan waktu tidur normal manusia selama 6-10 jam, maka proporsi waktu tersebut sangat kurang. Aktivitas yang dimaksud merupakan aktivitas fisik yang didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi, termasuk kegiatan yang dilakukan saat bekerja, bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam kegiatan rekreasi.

Aktivitas fisik dibagi menjadi tiga golongan yaitu ringan, sedang atau moderat, dan berat. Aktivitas fisik berat dilakukan dengan tujuan diantaranya untuk meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan martabat hidup manusia. Contoh aktivitas fisik berat misalnya olahraga anaerobik seperti renang dan lari jarak pendek. Aktivitas fisik berat termasuk stressor fisiologis yang menyebabkan terjadinya stress fisik. Pada keadaan tertentu, stres fisik dapat memberikan pengaruh negative, yaitu menghambat atau mengganggu proses fisiologis di dalam tubuh. Aktivitas fisik yang berat sebagai salah satu bentuk stres fisik membutuhkan energi yang lebih banyak. Secara fisiologis peningkatan konsumsi oksigen pada rantai pernapasan dalam kondisi stres fisik dapat menimbulkan stres oksidatif melalui peningkatan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) yang berasal dari metabolisme terutama metabolisme aerobik sel-sel otot selama stress fisik tersebut. Stres oksidatif yang ditimbulkan tersebut berdampak pada kerusakan jaringan tubuh. Ginjal merupakan organ vital tubuh yang sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa dengan cara filtrasi darah, reabsorpsi selektif air, elektrolit, non elektrolit, dan sebagai organ eksresi. Stres oksidatif mengakibatkan gangguan pada ginjal yaitu kerusakan progresif pada sel-sel tubulus dan glomerulus. Salah satu indeks fungsi ginjal yang terpenting adalah laju filtrasi glomerulus atau Glomerular Filtration Rate (GFR) yang memberi informasi tentang jumlah jaringan ginjal yang berfungsi. Uji laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat diukur secara klinis sederhana yaitu serum kreatinin. Kreatinin merupakan indikator kuat bagi fungsi ginjal, peningkatan kadar kreatinin serum dua kali lipat dari serum normal menunjukkan penurunan fungsi ginjal sebanyak 50%. Kadar kreatinin serum normal tikus wistar adalah 0,578-1,128 mg/dl.

Berikut kami sertakan sumber asli artikel yang kami muat

Sumber Asli Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *